Suatu ketika, pernah diadakan acara syukuran di kampung al-Faqir. Panitia mengundang seorang qari untuk membaca Al-Qur’an. Tiba-tiba sang qori memiliki inisiatif untuk membaca 1 dari 7 qirā’at yang dikenal.
"Ar Rahmaanir rohiiiiiiiiiiimm Maliki yaumiddiiiin"
Dengan suara yang sangat merdu sang qori' membaca. Sontak, masyarakat kampung yang mendengarkannya gempar. "Ini ngaji apa ini, salah tuh qori'nya seharusnya, 'Ar Rahmaanir rohiimi Maaliki yaumiddiiiin'".
Dari peristiwa ini, wajarlah bila orang awam di kampung menyalahkan qari'nya, karena keawaman mereka dalam ilmu qirā’at, seakan ini adalah ajaran baru yang sesat. Sang qari juga kurang bijaksana, seharusnya sebelum membaca diberitahukan dahulu kepada pendengarnya kalo sedang membaca qirā’at atau membaca dengan riwayat Hafs an Ashim yang biasa dipakai mengaji orang-orang umumnya.
Oleh karenanya, sudah bukan saatnya lagi kita orang awam tidak mengenal ilmu Qirā’at Sab'ah. Meskipun belum sempat mempelajarinya, setidaknya tahu apa maksudnya.
Pertanyaannya, kenapa kok
dikenal qirā’at sab'ah
(tujuh), kok bukan 2, 3, 4 atau 20 saja?
Berdasarkan penelitian Imam Ibn Al-Jazari Rahimahullah, maksud dari perbedaan 7 Qirā’at ini diperoleh dari 7 kaidah perbedaan cara baca sebagai berikut:
1.
Perubahan Harakat Tanpa Perubahan Makna dan Bentuk
Kata.
Contoh: Kata البخل
Ada yang membaca:
-
Al Bukhli
-
Al Bakholi
2. Perubahan Harakat Yang Menyebabkan Perubahan Makna.
Contoh: فتلقى
ادم من ربه كلمات
Ada yang membaca:
- "Fatalaqqoo AdaMU Min Robbihi KalimaaTIIN": Artinya Nabi Adam AS mempelajari beberapa kalimat doa dari tuhannya
- "Fatalaqqoo AdaMA Min Robbihi KalimaaTUUN": Artinya kalimat do'a diajarkan kepada Nabi Adam AS
3. Perubahan Huruf Yang Menyebabkan Perubahan Makna Bukan
Bentuknya
Contoh: Ada yang membaca تبلو, Ada yang membaca تتلو (Perbedaan hanya pada titik, bentuk
katanya sama)
- "Tabluu" Artinya: Mengirim bencana
- "Tatluu" Artinya: Membaca
4. Perubahan Huruf Yang Menyebabkan Perubahan Bentuk
Bukan Maknanya
Contoh: Ada yang membaca بسطة
Ada yang membaca بصطة
Kedua kata memiliki kata yang sama meski bentuknya
berbeda, yaitu: Kelapangan atau keluasan
5. Perubahan Huruf yang Menyebabkan Perubahan Makna dan
Bentuknya
Contoh: Ada yang membaca اشد
منكم,
Ada yang membaca أشد
منهم
- "Asyadda Minkum" Artinya: Lebih berat dari kalian
- "Asyadda Minhum" Artinya: Lebih berat dari mereka
6.
Perubahan Pada Mendahulukan Atau Mengakhirkan kata
Contoh: فيقتلون
ويقتلون Ada
yang membaca:
- "Fa Yaqtuluuna Wa Yuqtaluuna", Artinya: Mereka berperang dan diperangi
- "Fa Yuqtaluuna Wa Yaqtuluuna", Artinya: Mereka diperangi dan mereka memerangi
7.
Perubahan Pada Penambahan atau Pengurangan
Contoh: Ada yang membaca اسارعو, Ada yang membaca وسارعوا
- "Saari'uu", Artinya: Berlomba-lombalah kalian
- "Wa Saariuu", Artinya: Dan berlomba-lombalah kalian
Hal yang perlu diperhatikan di sini
bahwa:
- Para ulama berbeda pendapat tentang makna sab'ah sebagaimana di dalam hadits "sab'ati Ahruf", ada
yang mengatakan bahasa kabilah, bentuk harakat i'rob, pengucapan kata, dll.
- Yang Rojih (yang dikuatkan) menurut Imam Al Jazari Rahimahullah adalah seperti yang dijelaskan di atas.
- Bukan definisi tujuh di sini adalah nama-nama Qurro'
Sab'ah: Nafi', Ibn Katsir, Abu Amr, Ibn Amir, Ashim, Hamzah, dan Al Kisa'i
Boleh juga pembaca memahami definisi
ringkasnya adalah: Perbedaan bentuk cara baca dalam Al-Qur’an yang disesuaikan
dengan bahasa masing-masing kabilah Arab di zaman Nabi saw.
Semoga ada
sedikit manfaatnya. Jangan lupa mohon masukan dan koreksi.
Salam cinta dan hormat
Mochamad
Ihsan Ufiq
Doha, 21 Mei
2015
0 Komentar