Al-Qur'an diturunkan di Makkah, dibaca di Mesir, ditajwidkan di Syam (Syria) dan ditulis di Turkey. Demikianlah sebuah ungkapan indah yang pernah kita dengar. Maknanya bukan berarti ketika ditulis di Turkey lalu menyepelekan penulisan Al-Qur'an yang di Saudi, Tidak!, akan tetapi penyebutan negara di atas hanyalah simbol kejayaan munculnya Al-Qur'an.
Begitu juga, Al-Qur'an di tajwidkan di Syam bukan berarti di Mesir tidak ditajwidkan. Nyatanya, Mesir adalah salah satu kiblat ilmu tajwid terbesar di dunia ini. Masyayikh Mesir banyak berjasa pada umat Islam dalam ilmu Al-Qur'an, sehingga banyak diutus ke berbagai belahan dunia untuk mengajarkan ilmu qiraat. Begitu juga ulama Syam.
Berikut ini adalah 4 karakteristik bacaan di antara masyayikh Syam dan Mesir. Perbedaan ini bukanlah sesuatu yang perlu dipertentangkan dan tidak pula menjadi konsumsi pemula belajar ilmu tajwid Al-Qur'an. Perbedaan ini diperuntukkan bagi ustaz-ustaz yang mendalami ilmu tajwid sebagai tambahan wawasan ilmu tajwid.
1.
Pengucapan
Huruf Shod
Makhroj huruf shod terletak pada ujung tengah lidah dengan kedua gigi
bawah depan agak ke atas sedikit tidak menempel. Dari 4 huruf yang memilki
sifat Ithbaq (Sho, Dho, Tho, dan Dzo) yang paling disoroti adalah
huruf Shod, karena satu-satunya huruf Ithbaq yang memiliki sifat hams (aliran udara)
adalah Shod, sehingga memilki cara pengucapan yang berbeda.
Dari sini, muncullah perbedaan bentuk bibir ketika mengucapkan shod. Ada
yang mengatakan harus mecucu (Mesir), ada yang mengatakan tidak mecucu (Syam).
Penjelasannya sebagai berikut:
·
Qurro' Mesir
Sebenarnya tidak tepat penyimpulan mecucu ketika
mengucapkan huruf Shod. Istilah yang tepat adalah penyempitan kedua bibir
dikarenakan udara yang terpusat pada makhroj huruf Shod yang keluar melalui
celah tengah kedua bibir. Penyempitan ini terjadi karena huruf shod memilki
sifat hams dan tafkhim yang mengharuskan suara shod tertekan dan menggelembung
tebal di dalam mulut.
·
Qurro Syam
Cara pengucapan Shod mereka sangat lembut dan halus tetap tebal terpusat
di makhrojnya. Sehingga tidak terjadi penyempitan atau perubahaan kedua bibir
sedikitpun.
2.
Pengucapan
Tafkhim (Tebal) dan Tarqiq (Tipis)
·
Qurro'
Mesir
Mengajarkan bahwa setiap pengucapan huruf tarqiq posisi kedua bibir
harus melebar ke samping kanan dan kiri, sebagaimana pada contoh pengucapan
kata "Allah". Jika kedua bibir tidak melebar dikhawatirkan suara akan
menjadi "Ollah". Tentunya pelebaran ini tidak berlebihan supaya tidak
terjadi bunyi imalah (miring) "Ellah".
·
Qurro' Syam
Pelebaran ke samping kanan dan kiri tidak diperlukan. Cukup dengan
membuka kedua bibir ke arah atas bawah sudah cukup selama suara yang keluar
tidak "Ollah".
3.
Pengucapan
Ikhfa' Syafawi dan Iqlab
·
Qurro Mesir
Mengajarkan cara pengucapan Ikhfa Syafawi atau Iqlab harus dengan Furjah
(merenggahkan kedua bibir sedikit, tidak dengan menutupnya rapat). Kesimpulan
ini diperoleh karena hukum bacanya adalah Ikhfa' (samar). Ketika kedua bibir
tertutup rapat maka tidak samar lagi, akan tetapi Idzhar (jelas).
·
Qurro' Syam
Mengajarkan cara pengucapan Ikhfa Syafawi dan Iqlab harus dengan menutup
kedua bibir. Alasannya bahwa ikhfa' di sini tidak harus menyisakan ruang
renggang pada kedua bibir.
4.
Pengucapan
Qalqalah (Pantulan)
·
Qurro Mesir
Mengucapkan bacaan Qolqolah dengan memantulkan suaranya mendekati suara
harakat fathah. Begitu juga, mereka tidak mengakhirinya dengan suara e'.
Alasannya supaya tidak terkesan seperti ada penambahan huruf hamzah setelah
huruf Qolqolah.
Untuk lebih jelasnya, silakan perhatikan pada pengucapan kata ْالْØ®َبْØ£ di surat An-Naml ini. Cara membaca yang
tepat adalah dengan e' karena kata tersebut berakhiran hamzah asli, demikian:
"Al Khobe' ". Adapun bila kata Ùƒَسَبْ
pada surat Al Masad dibaca dengan diakhiri e' maka akan menjadi demikian Ùƒَسَبْ Ø¡ْ, dan ini tidak tepat.
·
Qurro' Syam
-Wabil khusus Syekh Kuroyyim Rojih Hafidhohullah- mereka meng-e'-kan
setiap bacaan Qolqolah, baik ketika posisi di tengah ataupun di akhir kata.
Penulis belum mengetahui alasan bacaan yang demikian ini. Kemungkinan besar,
akhiran e' ini diperoleh dari hasil talaqqi dari masyayikh mereka. Selama
hujjahnya adalah talaqqi maka tetap dibenarkan.
Masih ada beberapa perbedaan ringan lagi di antara kedua mazhab, namun 4
di ataslah yang dirasa paling pokok. Perbedaan ini diperoleh melalui pengamatan
secara umum, adapun secara khusus akan didapati percampuran cara bacaan
berdasarkan riwayat guru dan studi penelitian masing-masing Qurro'.
Lah kita ikut siapa?
Ikutlah
seperti yang diajarkan guru-guru kita. Pesan nabi saw. bagi para hamalatul qur’an,
"Bacalah sebagaimana kalian diajarkan" HR. Ahmad yang disahihkan
Syekh Albani.
Semoga ada sedikit manfaat
Salam damai, persaudaraan, dan cinta
Mochamad Ihsan Ufiq
Doha, 31 Agustus 2015
0 Komentar